Beranda | Artikel
Bolehkah Berusaha Nangis Ketika Shalat?
Rabu, 4 Februari 2015

Menangis Ketika Shalat

Ada imam yg ketika shalat selalu berusaha menangis. Apakah ini dibolehkan?

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,

Pertama, menangis ketika shalat, tidak mempengaruhi keabsahan shalat. Bahkan jika menangis ini muncul karena orang yang shalat merenungkan apa yang dia baca, insyaaAllah termasuk bagian dari khusyu dalam shalat.

Sahabat Abdullah bin Syikhir Radhiyallahu ‘anhu pernah menceritakan,

أَتَيْتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- وَهُوَ يُصَلِّى وَلِجَوْفِهِ أَزِيزٌ كَأَزِيزِ الْمِرْجَلِ يَعْنِى يَبْكِى

Aku mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau sedang shalat, dan terdengar gemuruh di dada beliau seperti gemuruh wadah berisi air mendidih, karena beliau nangis. (HR. Ahmad 1755, Nasai 1222, Ibn Hibban 665, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Demikian pula yang terjadi kepada para sahabat. Diantaranya Abu Bakr as-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu. Beliau dikenal sangat mudah menangis ketika shalat dan baca al-Quran, hingga beliau digelari al-Bakka. Sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Ahmad dan Bukhari.

Adakah Anjuran Berusaha Nangis?

Nangis yang dialami orang-orang soleh di atas adalah nangis karena suasana hati. Mereka menangis karena takut kepada Allah atau merenungi makna ayat yang dibaca. Bukan memaksakan diri untuk menangis.

Berusaha menangis atau memaksakan diri untuk menangis (at-Tabaki), dijelaskan Ibnul Qoyim, bentuknya ada dua, terpuji dan tercela. Dalam Zadul Ma’ad beliau mengatakan,

وما كان منه مستدعىً متكلفاً فهو التباكي وهو نوعان : محمود ومذموم، فالمحمود : أن يُستحلب لرقة القلب ولخشية الله ، لا للرياء والسمعة، والمذموم : يُجتلب لأجل الخلق

Memaksakan diri untuk menangis disebut at-Tabaki, ada dua macam,

Ada yang terpuji dan ada yang tercela.

Memaksakan diri untuk nangis yang terpuji adalah berusaha menangis dalam rangka melembutkan hati dan agar takut kepada Allah, bukan karena riya atau sum’ah (pamer). Sementara memaksa nangis yang tercela adalah sok nangis untuk dilihat orang lain. (Zadul Ma’ad, 1/175).

Diantara dalil dianjurkan berusaha nangis dalam rangka menampakkan rasa takut kepada Allah,

Pertama, hadis dari Umar bin Khatab Radhiyallahu ‘anhu, tentang tawanan perang Badar. Umar mengusulkan agar tawanan perang Badar semuanya dibunuh. Namun Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakr berijtihad agar tawanan perang badar ditukar dengan tawanan yang lain atau dibebaskan dengan tebusan. Hingga Allah menurunkan firman Allah surat al-Anfal ayat 67,

مَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَنْ يَكُونَ لَهُ أَسْرَى حَتَّى يُثْخِنَ فِي الْأَرْضِ تُرِيدُونَ عَرَضَ الدُّنْيَا وَاللَّهُ يُرِيدُ الْآَخِرَةَ

Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). (QS. al-Anfal: 67).

Setelah itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakr Radhiyallahu ‘anhu menangis. Ketika Umar datang, beliau mengatakan,

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِى مِنْ أَىِّ شَىْءٍ تَبْكِى أَنْتَ وَصَاحِبُكَ فَإِنْ وَجَدْتُ بُكَاءً بَكَيْتُ وَإِنْ لَمْ أَجِدْ بُكَاءً تَبَاكَيْتُ لِبُكَائِكُمَا

Ya Rasulullah, sampaikan kepadaku, apa yang membuat anda memangis. Anda dan Abu Bakr. Jika aku menemukan alasan untuk menangis, aku akan menangis. Dan jika aku tidak menemukan alasan itu, aku akan berusaha menangis karena tangisan anda berdua. (HR. Ahmad 213, Muslim 4687 dan yang lainnya)..

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengingkari keinginan Umar untuk berusaha menangis dalam rangka menampakkan kesedihan.

Kedua, hadis dari Ibn Abi Mulaikah

Bahwa beliau pernah duduk bersama sahabat Abdullah bin Amr Radhiyallahu ‘anhuma, di Hijr. Lallu beliau mengatakan,

ابكوا ، فإن لم تجدوا بكاء فتباكوا ، لو تعلموا العلم لصلَّى أحدكم حتى ينكسر ظهره ، ولبكى حتى ينقطع صوته

Menangislah, jika kalian tidak bisa nangis, berusahalah memaksakan diri untuk nangis. Seandainya kalian mengetahui ilmu, kalian akan mengerjakan shalat hingga punggungnya patah, dan kalian akan menangis hingga suaranya habis. (HR. Hakim dalam al-Mustadrak 4/622 dan dishahihkan al-Albani dalam shahih at-Targhib)

Seorang ulama mengatakan,

ابكوا من خشية الله فإن لم تبكوا فتباكوا

Menangislah karena takut kepada Allah. Jika tidak bisa nangis, paksakan diri anda untuk nangis. (Zadul Ma’ad, 1/175)

Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)


Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/24287-bolehkah-berusaha-nangis-ketika-shalat.html